Monday, March 3rd
20013
Dalam menjalin sebuah hubungan, marah atau bersikap acuh
tak acuh itu mungkin saja diperlukan. Yea, mungkin. Yang jadi masalah sekarang, gimana kalo marah itu
sulit? Gimana kalo mau jutek itu harus rela nahan senyum sama ketawa yang emang
bener-bener nyiksa otot-otot wajah yang udah kerasa kaku?
Di antara semua asumsi yang mengatakan marah itu perlu,
jutek itu dibutuhkan dalam menjalin sebuah ikatan, gue adalah orang yang engga
setuju. Kenapa? There’s no reason. Just
only based on pengalaman gue berkali-kali terutama sekarang ini nih, gue
mau marah tapi alhasil malah ketawa yang gue ungkapin. Dengan catatan, masalah
di sini bukan masalah gede yang ngga bakal selesai dengan diam dan senyuman.
Emang sih, gue bukan peneliti syaraf hati atau
pakar-pakar asmara kayak orang-orang terdahulu. Gue cuma berpendapat atas apa
yang gue rasain sendiri. Mungkin beda atau bisa
jadi sama dengan orang lain. Semua bisa berpendapat, semua boleh
ngungkapin apa yang dirasain. Right??
Kenapa sih kita harus marah sama orang yang kita sayang?
Kenapa kita harus berpura-pura kesel dan ngga peduli sama keadaan yang paling
kita nantikan?
Persoalan tentang cinta dan realitanya adalah hal masih
gue cari kuncinya sampe sekarang. Ngga tau kapan bisa ngebuka misterinya, yang jelas berkelana menyusuri lembah bathin
itu hal yang ngga mudah dan butuh banyak maha guru buat jadi pemandu arah jalan
kita ke depan. Kadang ada tikungan, kadang selalu cuma jalan lurus yang
membosankan, atau bahkan jalan terjal yang butuh kesabaran dan pengorbanan.
Kerikil-kerikil kecil yang ada di depan itu ngga perlu dipeduliin
banget-banget. Cukup senyum dan say “Hi..”
toh, masih banyak bunga-bunga indah
di sekeliling yang juga wangi buat kita
nikmatin ketimbang ngabisin waktu buat si kerikil yang bakal selalu ada
sepanjang jalan.
Batu besar atau jalan terjal bisa muncul tiba-tiba. Di
situlah kita perlu sama yang namanya kerja sama. Bukan dari seberapa banyak
yang berperan, tapi dari seberapa jauhkah peran mereka itu yang perlu
dipertimbangkan. One direction dengan
satu misi yang sama. Kalo batu besar sama jalan terjal aja bisa dilewatin,
kanapa ngga kita lanjut ke zona bathin yang lebih menantang? Itulah hidup.
Mendidik kita buat jadi orang yang kuat, terutama saat berkelana dalam lembah
bathin. Keep spirit and find the key!
~Masalah
kecil kita akan jadi sesuatu yang telah lewat dan ngga akan aku ambil fikir.
Hati ini selalu punya celah untuk memaafkanmu. Bibir ini selalu punya senyum
untuk memperindah hari-harimu. Tangan dan tubuh ini akan selalu mendekapmu,
memberi ketenangan dalam setiap hembusan nafasmu. Hati dan jiwaku, seutuhnya
hanya milikmu.~