Infeksi Nifas: Sepsis
Puerpuralis
A. Pengertian Sepsis Puerpuralis
Sepsis / infeki puerpuralis adalah
infeksi luka jalan lahir pascapersalinan, biasanya dari endometrium bekas
insersi placenta (Sofie, 2004).
Sepsis
adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam darah atau
jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang terjadi
sistemik atau biasa disebut Systemic Inflamation Respon Syndrom ( SIRS) berikut
adalah criteria dari SIRS:
1.
Suhu >380C atau <36 C.
2.
Denyut jantung >90 x permenit.
3.
Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg.
4.
Hitung leukosit >12.000/mm2 atau 10% sel
imatur (band).
5.
Nyeri pelvik.
6.
Rabas vagina
yang abnormal.
7.
Rabas vagina
berbau busuk.
8.
Keterlambatan
dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.
(WHO Safe motherhood, 2002)
B.
Epidemiologi
Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di Amerika
Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi
oleh Yokoe et al pada tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar mengakibatkan infeksi postpartum. Tingkat
infeksi postpartum secara keseluruhan adalah 6,0%. Endometritis menyumbang
hampir setengah dari infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4% dari persalinan sesar). Mastitis dan infeksi saluran kencing
bersama-sama menyumbang 5% dari persalinan vagina.
Dalam review paling mutakhir, angka kematian ibu yang berhubungan dengan infeksi
postpartum berkisar dari 4-8%,
atau sekitar 0,6 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Sebuah surveilans mortalitas yang berhubungan dengan
kehamilan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan
tersebut adalah sekitar 11,6% dari semua kematian berikut kehamilan yang
menghasilkan kelahiran hidup, lahir mati , atau ektopik. Risiko infeksi saluran
kemih postpartum meningkat dalam African American, Native American, dan
populasi Hispanik.
C.
Etiologi
Dalam obstetri
modern, sepsis puerperalis yang gawat jarang terjadi, pernah dilaporkan epidemi
yang disebabkan grup A streptoccocus hemolitikus. Infeksi nifas pada umumnya
disebabkan oleh bakteri yang pada keadaan normal berada pada usus atau jalan
lahir. Gorback mendapatkan dari 70% biakan cervix normal dapat pula ditemukan
bakteri aerob dan anaerob yang patogen. Walaupun dari cerviks dan jalan lahir
ditemukan kuman-kuman tersebut cavum uteri adalah steril sebelum ketuban pecah.
Kuman anaerob adalah coccus gram positif (Peptostreptococus, Peptococus,
Bakteriodes, dan Clostridium). Kuman aerob adalah bermacam gram positif dan
E.colli.
Selain itu infeksi nifas dapat
disebabkan oleh:
1.
Streptococcus Hemoliticus Aerobicus. Streptococcus ini
merupakan sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen ( dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain).
2.
Stapylococcus Aureus, kuman ini biasanya menyebabkan
infeksi terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum.
Stafilococcus banyak ditemukan di Rumah Sakit dan dalam tenggorokan orang yang
terlihat sehat.
3.
E.Coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing
dan rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam perineum, uvula, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4.
Clostridium Welchii, infeksi dengan kuman ini yang
bersifat anaerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
|
|||||||||||||||||||
|
Sumber : Puerperal
Infection dalam Williams Obstetrics twenty-second edition
D.
Patofisiologi
Infeksi dapat
terjadi sebagai berikut :
1.
Tangan pemeriksa atau penolong yang memakai sarung
tangan pada pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina
kedalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-alat lain yang
dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2.
Droplet Infecsion. Sarung tangan dan alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau
pembantu-pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja
dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker, dan penderita infeksi saluran
nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3.
Dalam Rumah Sakit selalu banyak kuman-kuman patogen,
berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini
bisa dibawa oleh aliran udara keman-mana, antara lain handuk, kain-kain dan
alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
4.
Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan
penyebab penting terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya
ketuban.
5.
Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan
gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum
biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan
beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.
Sepsis puerpuralis dapat terjadi di masa intrapartum
atau post partum. Sebelum kelahiran, membran amniotik dan membran korionik
dapat terinfeksi jika ketuban pecah (ruptur membran) terjadi berjam-jam sebelum
persalinan di mulai. Bakteri kemudian mempunyai cukup waktu untuk berjalan ke
vagina ke dalam uterus dan menginfeksi membran, plasenta, bayi, dan ibu.
Korioamnionitis merupakan suatu maslah yang sangat serius dan dapat
membahayakan hidup ibu dan bayinya.
Setelah persalinan, sepsis puerpuralis mungkin
terlokalisasi di perinium, vagina, servik, dan uterus. Infeksi pada uterus
dapat menyebar dengn cepatsehingga menyebabkan infeksi [pada tuba fallopi atau
ovarium, parametritis, peritonitis, dan menyebar ke pembuluh limfe, kemudian
akan menyebabkan septikemia jika masuk ke aliran darah. Ini kemudian semakin
perumit dengan adanya syok septik dan koagulasi intravaskuler diseminata
(disseminated intravaskular coagulation [DIC]) yang dapat menimbulkan masalah
pendarahan. Sepsis puerpuralis dengan cepat akan berakibat fatal.
Ibu dimasa post partum (masa nifas) memang rentan
terhadap infeksi karena adanya faktor-faktor berikut :
1.
Sisi
perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar, hangat, gelap, dan basah. Ini
memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tepat seperti ini
merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri.
2.
Sisi
plasenta memilikipersedian darah yang kaya, dengan pembuluh-pembuluh darah
besar yang langsung menuju ke sirkulasi vena utama. Hal ini memungkinkan
bakteri disis plasenya untuk bergerak dengan sangat cepat ke dalam aliran
darah. Ini deisebut septikemia. Septikemia dapat menyebabkan kematian dengan
sangat cepat.
3.
Sisi
plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9-10 cm)
yang memisahkan jalan masuk ke uterus dari lingkungan luar. Ini bereti bahwa
bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E. Colli) dapat dengan mudah
pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Disini bakteri menjadi
berbahay atau “patogenik” karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
4.
Selama
kelahiran, area serviks ibu, vagina, atau area perineumnya mungkin robek atau
diepisiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi, terutama
jika teknik steril pada kelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya
terlokalisasi, tetapi pada kasus berat infeksi ini dapat menyebar kejaringan
bawahnya.
E.
Klasifikasi Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu:
1.
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina,
cerviks dan endometrium
a.
Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangeluarkan pus.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mangeluarkan pus.
b.
Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c.
Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d.
Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
2.
Penyebaran dari keempat
tempat tersebut melalui vena-vena, pembuluh
limfe, dan melalui permukaan endomertium.
a.
Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah
1)
Septikemia dan Piemia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat
pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat
berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas. Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus,
langsung masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada
piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus
pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena
hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat
thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali
dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah
ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan
sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut.
Keadaan ini dinamakan piemia.
b.
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain
1)
Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis( sellulitis pelvika).
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis( sellulitis pelvika).
2)
Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui
tiga jalan yakni :
a)
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang
terinfeksi atau dari endometritis.
b)
Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas
sampai kedasar ligamentum.
c)
Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
d)
Penyebaran melalui permukaan endometrium
F.
Gambaran Klinis
1.
Infeksi pada perineum, vulva, vagina, dan servik
Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi, dan
kadang-kadang perih bila kencing. Bilamana getah radang bisa keluar, biasanya
keadaannya tidak berat suhu sekitar 38° C, dan nadi dibawah 100 per menit. Bila
luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39-40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil.
2.
Endometritis
Uterus pada endometritis agak
membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang dari satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia
pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
3.
Septikemia dan Piemia
Sampai tiga hari postpartum
suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai dengan menggigil. Selanjutnya,
suhu berkisar antara 39-40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat
(140-160/menit atau lebih). Penderita dapat meninggal dalam 6-7 hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada
piemia penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu
agak meningkat. Akan tetapi, gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Satu cirri khusus pada piemia ialah bahwa berulang-ulang suhu
meningkat dengan cepat disertai dengan menggigil, kemudian diikuti oleh
turunnya suhu.
4.
Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi
karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan
salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.Peritonitis, yang tidak menjadi
peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Penderita demam, perut bawah
nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman
yang sangat pathogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire.
Muka penderita yang mulanya kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
5.
Sellulitis Pelvika
Sellulitis pelvika ringan
dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap
lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis
pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah
uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat
meluas keberbagai jurusan. Ditengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa
tumbuh abses. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
6.
Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan
ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitis.
G.
Diagnosa
Pada penderita
dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas pada tempat-tempat
masuknya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar keluar tempat. Seorang
penderita dengan infeksi yang meluas diluar port de entery tampaknya sakit ,
suhu akan meningkat dengan kadang-kadang disertai mengigil, nadi cepat,
keluhannya juga lebih banyak.
Jika ada
fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil getah dari vagina
sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang tampaknya berat juga
diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini dilakukan untuk mengetahui
penyebab infeksi nifas dan guna memilih antibiotik yang paling tepat untuk
pengobatan.
H.
Komplikasi
1.
Sindroma distres pernafasan dewasa.
2.
Koagulasi intravascular diseminata.
3.
Gagal Ginjal akut.
4.
Perdarahan usus.
5.
Gagal hati.
6.
Disfungsi SSP.
7.
Gagal jantung.
8.
Kematian.
I.
Prognosis
Menurut
derajatnya septikemia merupakan infeksi yang paling berat dengan mortalitas
tinggi dan yang segera diikuti oleh peritonitis umum. Piemia menyebabkan
kematian yang cukup tinggi. Penyakitnya berlangsung lebih lama. Pada
Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Sedangkan pada abses memerlukan tindakan untuk
mengeluarkan nanahnya.
Sumber:
1.
Cunningham F
G, MD. 2007. Puerperal Infection
dalam Williams Obstetrics
twenty-second edition. The McGraw-Hill Companies.
2.
Sastrawinata, Sulaiman. 2002. Obstetri Patologi. Jakarta:EGC.
3.
WHO Safe
motherhood. 2002. Modul Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
4.
Dunser,
Martin W. 2012. Recommendations for Sepsis Management in Resource-Limited Settings. Dalam http://search.ebscohost.com/ diakses April 2014.
5.
Darmstadt,
Gary L. 2007. Impact of Clean
Delivery-kit Use on Newborn Umbilical Cord and Maternal Puerperal Infections in
Egypt. Dalam http://search.ebscohost.com/
diakses April 2014.
###Reproduced with permission of the
copyright owner. Further reproduction prohibited without permission###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar