MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
“INFEKSI
MENULAR SEKSUAL”
DOSEN PEMBIMBING :
Susiana Sariyati, S. Si.T., M.Kes
Disusun Oleh:
Asti Norma
(120200521)
Program Studi DIII Ilmu Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas rahmat,taufik dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “INFEKSI MENULAR
SEKSUAL” ini dengan baik.
Makalah ini di susun untuk
memenuhi tugas perkuliahan ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS,selain itu dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang masalah-masalah kebidanan di masyarakat .
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susiana Sariyati, S. Si.T., M.Kes yang
telah membimbing dalam pembuatan makalah ini serta teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi.
Kami sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca sebagai mana yang di harapkan.
Yogyakarta,
September 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Upaya besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah
pembangunan nasional yang telah dilaksanakan dalam tiga dasawarsa terakhir ini
menuntut revormasi total kebijakan pembangunan dalam segala bidang. Untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan
nasional, tinjauan kembali terhadap kebijakan pembangunan kesehatan merupakan
keharusan.
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui
secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga sehingga
mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan di masyarakat merupakan masalah yang
kompleks dan perlu peningkatan penanganan secara lintas program, lintas sektor
dan lintas disiplin ilmu serta dengan memperbaiki faktor sosial budaya. Tanpa
kerja sama dan pemantapan dengan organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI dan
lain-lain), serta dengan “stake holder” permasalahan tidak akan
terselesaikan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
menemukan jenis-jenis Infeksi Menular Seksual dan melakukan penanggulangan
secara promotif dan preventif (dalam lingkup kebidanan komunitas).
1.3 Batasan MasalahAdapun batasan masalah yang akan dibahas yaitu :
a. Menjelaskan pengertian Infeksi Menular Seksual
b. Memaparkan cara penularan Infeksi Menular Seksual
c. Memaparkan macam-macam
Infeksi Menular Seksual
d. Menjelaskan strategi
pemecahan Infeksi menular seksual
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.PENGERTIAN
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
IMS adalah singkatan dari Infeksi
Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan
ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
IMS juga diartikan sebagai penyakit
kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan
bahwa IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
2.2.
ANGKA-ANGKA KEJADIAN IMS
- Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
- Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per 100.000 penduduk
- AIDS : Laki-laki : 64,6 %, perempuan : 31,9 %
2.3.
CIRI-CIRI IMS
a.
Penularan
penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.
b.
Penyakit
dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin
c.
Sebagian
penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti
mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi
kenyataan masih juga terjangkit. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
2.4.
EPIDEMIOLOGI IMS
a.
Banyak
kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan melaporkan
setiap kasus baru IMS yang ditemukan.
b.
Bila
ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c.
Fasilitas
diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali terjadi
salah diagnostic dan penanganannya.
d.
Banyak
kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita wanita.
e.
Pengontrolan
terhadap IMS ini belum berjalan baik. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
2.5.
RANTAI PENULARAN IMS
Virus, bakteri, protozoa, parasit dan
jamur manusia, bahan lain yang tercemar kuman, penis, vagina, lubang pantat,
kulit yang terluka, darah, selaput lendir. Yang paling umum adalah hubungan
seks (penis-vagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina,
mulut-penis). Hubungan seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari
orang yang terkena IMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah
yang tidak steril, jarum tato dan lainnya). Orang yang berperilaku seks tidak
aman. Makin banyak pasangan seks, makin tinggi kemungkinan terkena IMS dari
orang yang sudah tertular.
2.6.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENINGKATNYA IMS
a. Perubahan demografik secara luar
biasa
b. Peledakan jumlah penduduk
c. Pergerakan masyarakat yang
bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya: pekerjaan, liburan, pariwisata,
rapat, kongres atau seminar
d. Kemajuan sosial ekonomi
e. Perubahan sikap dan tindakan akibat
perubahan-perubahan demografi diatas, terutama dalam bidang agraris dan moral.
f. Kelalaian beberapa negara dalam
pemberian kesehatan dan pendidikan seks khususnya
g. Perasaan aman pada penderita karena
pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
h. Akibat pemakaian obat antibiotik
tanpa petunjukyang sebenarnya
i.
Fasilitas
kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan klinik
pengobatan. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
2.7.
PENCEGAHAN
a. Patahkan salah satu rantai penularan
b. Pakailah kondom saat berhubungan
seksual dengan orang yang beresiko atau telah terkena IMS.
2.8. MACAM
PENYEBAB IMS
IMS
dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :
a. Infeksi bakteri
1)
Neisseria
gonorroeae (gonore)
2)
Chlamidia
trachomatis (limfogranuloma venerum)
3)
Treponema
pallidum (sifillis, kondilo malatum)
4)
Ureaplasma
urealyticum (infeksi mikoplasma)
5)
Haemophillus
ducrei (chancroid)
6)
Calymmatobacterium
granulomatis (granuloma inguinale)
7)
Spesies
shigella
8)
Gardanela
vaginalis (vaginitis)
b. Infeksi virus
1)
Virusherper
simpleks (HSV)
2)
Hepatitis
A, B, C
3)
Sitomegalovirus
(infeksi CMV)
4)
Human
papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
5)
Moloskum kontangiosum
6)
Human
immunodeficiency virus (HIV)
c. Infeksi protozoa
1)
Trichomonas
vaginalis
2)
Entamoba
histolyca
3)
Giardia
lambia
d. Parasit
1)
Phthirus
pubis (kutu kepiting)
2) Sarcoples scabies (tungau
scabies). (M William Schwartz, 2004 : 700)
Infeksi menular seksual yang
sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya yaitu :
a.
GONORRHOE
1)
Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual
yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae, kokus
gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun berpasangan.
2)
Tanda dan gejala
Pada Pria: Gejala terlihat dalam
waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi,
gejala-gejala tersebut, antara lain :
a)
Disuria dan rabas uretra
mukopurulen dalam jumlah besar.
b)
Uretritis
c)
Keluar nanah di uretra
d)
Rasa gatal, panas atau sakit di
ujung meatus terutama sewaktu berkemih.
e)
Gonore faring akibat kontak
seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadang-kadang pasien mengeluh
nyeri tenggorokan
f)
Infeksi rectum diperoleh
melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering asimtomatik tetapi
mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri perdarahan, tenesmus)
Pada wanita: Sebagian besar
(80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala, namun
beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat
mukopurulen dari os serviks, Infeksi pada kelenjar pada uretra.
(Anna Glasier, 2005
:306)
3). Dampak pada kehamilan dan
bayi
Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu
hamil yang menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta.
Dampak tersebut antara lain :
a)
Aborsi
spontan septic
b)
Preterm
c)
Premature
d)
Korioamnionitis
e)
Infeksi
post partum
b.
KLAMIDIA
TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang
paling sering dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai
pada wanita yang aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun.
1).
Tanda dan gejala
a).
Pada pria
·
Timbul
rabas uretra mukoid atau mukopurulen
·
Disuria
b).
Pada wanita
·
Sebagian
besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak memperlihatkan gejala
tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan disuria
·
Mungkin
tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak normal / mungkin
terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.
·
Nyeri
tekanan adneksa yang ringan
c).
Faktor resiko
1.
usia muda
a)
pasangan seksual yang banyak
b)
penggunaan kontrasepsi oral
c)ras
(angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)
d).Komplikasi
1.
Pada pria
a.
Uretritis
b.
Epidedimitis
c.Proktitis
d.Sindromreiter
(konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)
2.
Pada
wanita
a.
Servisitis
b.
Uretritis
c.
Penyakit peradangan pelvis
d.
Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan semakin terasa
apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual, anoreksia dan demam ringan.
e).
Penegakan diagnosis
- Biakan pada sikloheksamid untuk sel Mc. Coy, akan tetapi cara ini mahal,lambat dan penyediaan terbatas.
- Uji deteksi antigen yang cepat misalnya chlamidiozyme atau microtrek telah popular karena dapat dipercaya, tidakmahal dan cepat. (Neville F. Hacker,2001: 203)
f).
Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan
Ibu hamil yang terkenai nfeksi clamidia trachomatis
mempunyai kemungkinan melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.
g).
Terapi
1.
Pemberian
eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus kalau terjadi pneumonia atau
otitis media
2.
Kontak
seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
3.
Golongan
tetrasiklin dan makrolid. (Anna Glasier, 2005 : 311)
c.
HERPES
SIMPLEKS / GENITALIS
1).
Pengertian
a)
Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan
ditularkan lewat kontak mukokutaneus yang intim.
b)
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes
Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di
atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan.
c)
Virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe I dan II\
2).Gejala
klinis
Masa
inkubasi : 3-7 hari
1.
infeksi primer
Berlangsung
kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik, misalnya :
a)
Demam
b)
Malaise
c)
Anoreksia
d)
Pembengkakan kelenjar getah bening regional
e)
Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan
jernih dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal
2.
fase laten
a)
Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak
aktif pada ganglion dorsalis.
b)
Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus berlangsung
meskipun dalam jumlah sedikit.
3.
infeksi rekuren
reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit
sehingga menimbulkan gejala klinis yang dapat dipacu oleh :
a)
Trauma fisik :
–
demam
–
infeksi
–
kurang
tidur
–
hubungan
seks
b)
Trauma psikis : gangguan emosional
c)
Obat-obatan :
–
kortikoseteroid
–
imuno
supresif
d)
Menstruasi
e)
Makan dan minuman yang merangsang. (Arif Mansjoer jilid II,2000: 151 -152)
3).
Dampak pada kehamilan
- Herpes genitalia primer
Pasien
yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi peningkatan resiko
komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :
a.
aborsi
spontan
b.
IUGR
c.
persalinankurang
bulan
sedangkan
kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :
a.
ensefalopati
b.
keratokonjungtivitis
c.
hepatitis
d. lesipadakulit. (Arif Mansjoer, 2000
: 152)
4). Pemeriksaan penunjang
Percobaan
Tzantk dengan pewarnaan Gremsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia
berinti banyak dan bahan inklusi intranuklear. (Arif Mansjoer, 2000 : 152)
- Diagnosa banding
- Impetigo vesikobulasa
- Ulkusdurum
- Ulkus mole
- Ulkus mikstum
- Penatalaksanaan
- medikamentosa
- belum ada terapi radikal
- pada episode pertama, berikan :
a) Asiklovir 200 mg peroral 5
x/hr selama 7 hr atau
b)
Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
c)
Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
d)
Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat → komplikasi pada
alat dalam.
- pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa membalik → tapi dapat diobati dengan krim asiklovir.
(Arif
Mansjoer, 2000 : 152)
d.
SIFILLIS
1). Pengertian
Sifilis adalah suatu penyakit
sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum.
2). Tanda dan gejala
1.
Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)
a.
pada laki-laki :
·
Timbul
ulkus(Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan keras ( seperti
kancing)
·
Mungkin
ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri. Ulkus primer ini akan
sembuh spontan, meninggalkan parut seumur hidup.
b.
pada perempuan :
·
Timbul
ulkus (chancre) pada serviks
·
Sifillis
sekunder (4-10mgg)
·
Timbul
kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
·
Pada
genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
·
Limfadenopati
umum
·
Adenopati,
demam, faringitis, malase
(M.
William Schwarts, 2004 : 701)
2.
Sifilis tersier
·
Semua
organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia dan perubahan
perilaku) dan jantung
·
Interval
dari infeksi menjadi neurosifilis berkisar antara 20-30 tahun
·
Terjadi
gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes
(Jan
Tambayong, 2000 : 197)
3).
Dampak pada kehamilan
Infeksi ibu dapat menyebabkan penularan transplasental ke
janin pada setiap gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih
mungkin menularkan infeksi dengan manifestasi lebuih berat yang terjadi pada
janin.
Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain :
·
Hidrops
yang tidak imun
·
Hipatosplenomegali
·
Anemia
·
Trombositopenia
yang hebat
·
Lesi
kulit
·
Ruam
·
Ostertis
·
Periostitis
·
Pneumonia
·
Hepatitis
4). Penegakan diagnosa
Diagnosa serologic sifilis umumnya
ditegakkan dengan melakukan 2 tipe pemeriksaan yaitu :
a) Pemeriksaan antibody non treponema →
VDRL atau RPN dilakukan dengan pemeriksaan dilusi serum serial, hal ini penting
karena terdapat lesi klinis yang berkaitan dengan peningkatan titer pada
pemeriksaan nontreponema.
b) Pemeriksaan anti bodi treponema →
FTA-ABS, MHA-TP
5). Terapi
a) Terapi sifilis pada kehamilan sama
seperti terapi pada keadaan tidak hamil.
b) (terapi yang dipilih adalah
penisilin G)
c) Pada pasien dengan sifilis primer,
sekunder atau laten yang berlangsung < dari 12 bulan menggunakan terapi
dosis tunggal benzatin penisilin : 2,4 juta unit yang dilakukan secara
intramuscular (IM)
d) Pasien dengan sifilis laten yang
lebih lama dari satu tahun diberi terapi mingguan ini selama 3 minggu.
E. KANDIDOSIS VAGINAL
1). Definisi
Kandidosis
vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut pada vagina
danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C. albicans. (Arif
Mansjoer, 2000 : 150)
2). Faktor predisposisi
a).
factor endogen, yaitu :
1) perubahan fisiologik, seperti
kehamilan, kegemukan, debilitas, endokrinopati dan penyakit kronik
2) umur, misalnya orang tua dan bayi
lebih mudah terkena
3) imunologik / penyakit genetik
4) factor eksogen, antara lain :
5) iklim, panas dan kelembaban
menyebabkan perspirasi meningkat
6) kebersihan kulit
7) kontak dengan pasien
8) latrogenik, misaldengan penggunaan
antibiotic jangka panjang
3). Tanda dan gejala
a). Tanda
1) Radang
2) Disertai maserasi
3) Pseudomembran
4) Fisura
5) Lesi satelit papulopustular
b). Gejala
1) Gatal
2) Biasa disertai keputihan
3) Tidak berbau / berbau asam
4) Jumlah biasa banyak
5) Berwarna putih keju, seperti kepala
susu / krim atau seperti susu pecah
6) Pada dinding vagina biasanya
dijumpai gumpalan keju ( cottage cheeses) yang menenpel
c). Dampak pada kehamilan
Infeksi
pada bayi saat dilahirkan, seringkali terbatas pada bagian mulut dan daerah
yang ditutupi popok.
1. kandidosis oral ( sariawan /
stomatitis )
tanda dan gejala :
a) plak putih pada mukosa oral, gusi
dan lidah
b) tidak bisa dibersihkan
c) cenderung berdarah bila disentuh
d) kesulitan menelan
factor predisposisi :
a) bayi yang sakit, lemah / mendapat
terapi antibiotic
b) bayi yang mengalami celah bibir /
celah palatum, neoplasma dan hiper paratiroid
penanganan :
a) mengolesi lesi dengan larutan
gentian violet cair ( 1% – 2%)
b) nistatin dimasukkan ke dalam mulut
bayi dengan alat tetes yang sebelumnya dibersihkan dulu
2.
candidal diaper dermatitis
terlihat pada daerah
perianal,lipatan inguinal dan di bagian abdomen yang lebih rendah.
Tanda dan gejala :
a) mengalami eritema hebat
b) dengan garis tajam
c) pinggir bergerigi
d) seringkali disertai berbagai lesi
kecil yang meluasdiluar lesi yang lebih besar
Sumber infeksi :
a) melewati traktus gastrointestinal
Penanganan :
b) mengoles salep anti jamur (seperti
nistantin) tiap ganti popok
e.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan mikroskopik secret
vagina dengan sediaan basah KOH 10 % dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast
form) : blastospora dan pseudohifa (seperti sosis panjang bersambung). Dengan
pewarnaan gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat gram positif dan
blastospora.
f.
Diagnosis
Ditegakkan berdasar pada manifestasi
klinis dan pemeriksaan mikroskopik.
g.
Penatalaksanaan
1. topical, gunakan :
a) Mikonazol /klotrimazol 200 mg intra
vaginal/hari selama 3 hari
b) Klotrimazol 500mg intravaginal dosis
tunggal
c) Nistatin 100.000 IU intravaginal /
hari selama 14hari
d) Untuk vulva dapat diberikrim
klotrimazol 1 % / mikonazol 2 % selama 7 – 14 hari atau salep tiokonazol 6,5 %
sekali oles
e) Untuk wanita hamil hanya dapat
diberikan preparat azol topical selama 7 hari
2. sistemik
a) Dapat digunakan ketokonazol denga
dosis 2 x 200 mg selama 5 hari (untuk dewasa)
(Arif
Mansjoer jilid 2,2000 : 150-151)
f. AIDS
1). Pengertian
AIDA
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodefisiency Virus (HIV). (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162)
2).
Etiologi
Lymphadenopaty
associated virus (LAV), human T cell leukemia virus III (HTLV III), human T
cell lympho tropic virus. Virus ini ditemukan pada monyet hijau di Afrika
sekitar 70 %, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
(Manuaba,
1999 : 44-45)
3). Faktor risiko penularan HIV
a) Memiliki banyak pasangan seksual
b) Menyalahgunakan obat intravena
c) Memiliki pasangan seksual dari
penyalahgunaan obat intravena
d) Memiliki pasangan seksual dari orang
yang terinfeksi HIV
e) Pelacuran
f) Transfusi sebelum 1985
g) Memiliki riwayat penyakit yang
ditularkan lewat kontak seksual (terutama ulseratif)
h) Lahir di atau pasangan seksualnya
lahir di afrika atau karibia
4). Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal
5 April 1987 di Bali pada seorang wisata Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah
kumulatif kasus HIV / AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri
dari 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS.
5). Patogenesis
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia terutama melalui darah,
semen dan secret vagina serta transmisi dariibu ke anak.penularan HIV melalui 3
cara yaitu :
a) Hubungan seksual, baik secara
vaginal,oral, maupun anal denag seorang pengidap. Cara ini paling umum terjadi,
meliputi 80-90 % totalkasus sedunia.
b) Kontak langsung dengan darah, produk
darah atau jarum suntik. Transfusi darah / produk darah yang tercemar mempunyai
factor resiko sampai > 90 %. Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia.
c) Transmisi secara vertical dari ibu
hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan 25-40 %
dan terdapat < 0,1% total kasus sedunia.
6). Manifestasi klinis
1. keganasan
a) Sarcoma Kaposi
b) Limfoma burkit
c) Limfoma imunoblastik
d) Limfoma primer pada otak
e) Kanker leher rahim invasive
f) Penurunan imunitas yang hebat
2. infeksi oportunistik
a) Kandidosis pada bronkus, trachea
atau paru
b) Kandidosis pada esophagus
c) Kniptokokosis ekstrapulmoner
d) Koksidiodomikosis diseminata atau
ekstrapulmoner
e) Kriptosporidiosis pada usus bersifat
kronis (lebih dari 1 bulan)
f) Toksoplasmosis pada otak
g) Histoplasmosis (diseminata atau
ekstrapulmoner )
7). Pemeriksaan penunjsng
Diagnosislaboratorium dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a). cara langsung
isolasi virus dari sample. Umumnya
menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara
deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan
PCR antara lain untuk :
1) tes HIV pada bayi karena zat anti
dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
2) menetapkan status infeksi pada
individu seronegatif
3) tes pada kelompok resiko tinggi
sebelum terjadi serokonversi
4) tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab
sensitifitas ELISA untuk HIV-2 rendah
b). cara tidak langsung
1) ELISA sensitifitasnya tinggi
(98,1-100 %). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi.
Hasil positif, harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot.
2) Western Blot, sensitifitasnya tinggi
(99,6-100 %). Pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar
24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3) Immunofluorescent assay (IFA)
4) Radioimmunopraecipitation assay
(RIPA)
(Arif
Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
8).
Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV sebelum dan selama
persalinan
a) Persalinan di RS setempat yang
mengetahui pasien
b) Penentuan tatacara persalinan yang
diharapkan
c) Set partus untuk HIV selalu tersedia
d) Hindari tindakan infasif pada ibu
dan janin jangan memasang elektroda kepada kepala dan jika mungkin jangan
melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam secara operatif
e) Peralatan aspirasi oleh janin
f) Perawatan khusus saat memotong tali
pusat dan pelahiran plasenta : serologi pada daerah tali pusat dan menentukan
adanya virus
g) Lakukan desinfektan secara cermat
G. KONDILOMA AKUMINATA
1). Definisi
Kondiloma
akuminata adalah vegetasi oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu,
bertangkai dan permukaannya berjonjot.
2). Etiologi
Virus
papiloma humanus (VPH), virus DNA yang tergolong dalam famili Papova. Tipe yang
pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51,
52 dan 56. tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan
neoplasia intraepithelial serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi
keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini
sudah dapat diidentifikasikan 80 ntipe virus papioma humanus.
3). Patogenesis
VPH
masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondiloma akuminatum
sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan
seksual.
4). Manifestasi klinis
Masa inkubasi dan terjadinya lesi
antara 1 sampai 3 bulan. Karakteristik lesi seperti kembang kol dan terletak
pada introitus, vulva atau rectum.
Masa
inkubasi berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Terutama mengenai
daerah yang lembab, misalnya daerah genetalia eksterna. Pada pria dapat
mengenai perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis. Muara uretra
eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya,
introitus vagina, kadang-kadang pada portio uteri. Adanya fluor albus dan
kehamilan dapat mempercepat pertumbuhan penyakit.
Kelainan yang baru berupa vegetasi
bertangkai dan kemerahan lalu menjadi kehitaman , permukaan berjonjot
(palilomatosa). Bila infeksi menjadi keabu-abuan
5). Diagnosis banding
Veruka vulgaris, kondiloma latum dan
karsinoma sel skuamosa.
6). Penatalaksanaan
Dapat
dilakukan dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser CO2.
2.10.
STRATEGI PEMECAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Pencegahan terhadap IMS mencangkup 3 tingkatan pencegahan
yaitu:
1. Pencegahan primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
1. Pencegahan primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
- Memberikan pendidikan kepada individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga dapat menghindar dari individu yang terinfeksi
- Identifikasi dan mengobati individu yang terinfeksi tanpa gejala.
- Wawancara pasien yang terinfeksi untuk identifikasi kontak.
- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pencegahanpada individu yang kontak.
- Anjurkan
untuk berpatisipasi pada program pengawasan.
2.
Pencegahan
sekunder yaitu: untuk mencegah terjadinya komplikasi IMS seperti : PID pad
waktu dengan GO.
3.
Pencegahan
tersier, berfokus untuk menurunkan efek dari komplikasi seperti : steril atau
mandul.
Pendidikan kesehatan terhadap
individu yang tidak terinfeksi sangat efektif dilakukan melalui sekolah-sekolah
dan kelompok masyarakat remaja dan dewasa muda
Di klinik, untuk pasien yang pertama kali mengalami PMS akan merasa takut, berdosa dan tidak aman, sehingga perlu pendekatan psikologis sosial. Pendidikan kesehatan yang diberikan di klinik mencangkup : cara kerja obat, durasi, efektif, efek samping, keuntungan dan kunjungan ulang, kegagalan pengobatan akan menyebabkan remfeksi juga diberi informasi tentang : cara transmisi penyakit, proses reinfeksi, hentikan hubungan seksual jika mungkin, jika tidak bisa mengamankan kondom.
Di klinik, untuk pasien yang pertama kali mengalami PMS akan merasa takut, berdosa dan tidak aman, sehingga perlu pendekatan psikologis sosial. Pendidikan kesehatan yang diberikan di klinik mencangkup : cara kerja obat, durasi, efektif, efek samping, keuntungan dan kunjungan ulang, kegagalan pengobatan akan menyebabkan remfeksi juga diberi informasi tentang : cara transmisi penyakit, proses reinfeksi, hentikan hubungan seksual jika mungkin, jika tidak bisa mengamankan kondom.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
IMS biasanya ditularkan
dari satu orang kepada orang lainnya melalui hubungan heteroseksual,
homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau rectum.Beberapa
penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini mencangkup Gonorhea,
Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS.
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan
penyakit menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan
saluran kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali)
rasa nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet,
luka kecil yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening,dll.Adapun
pencegahan atau penanggulangan IMS tergantung dari jenis-jenis IMS yang
dijelaskan.
3.2.
Saran
Penulis
mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk
menambah wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau
ditanggulangi di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham,F.Gary.2001.Obstetri
William.Jakarta:EGC
Glasier,Anna.2005.Keluarga
Berencana & Kesehatan Reproduksi.Jakarta:EGC
Hacker,Neville F.2001.Esensial
Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
Jduanda,Adhi.2007.Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin.Jakarta:EGC
Manuaba,Ida Ayu Chandranita.1999.Ilmu
Kebidanan dan Penyait Kandungan.Jakarta:EGC
Stanhope,Marcia.1997.Keperawatan
Komunitas dan Kesehatan Rumah.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar