Minggu, 19 Oktober 2014

Makalah Infeksi Menular Seksual



MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
“INFEKSI MENULAR SEKSUAL”


DOSEN PEMBIMBING :
Susiana Sariyati, S. Si.T., M.Kes


Disusun Oleh:
Asti Norma
(120200521)


Program Studi DIII Ilmu Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata
YOGYAKARTA
2014





KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. Atas rahmat,taufik dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “INFEKSI MENULAR SEKSUAL” ini dengan baik.
            Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas perkuliahan ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS,selain itu dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang masalah-masalah kebidanan di masyarakat .
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susiana Sariyati, S. Si.T., M.Kes yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini serta teman-teman yang telah ikut berpartisipasi.
            Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca sebagai mana yang di harapkan.
Yogyakarta, September 2014
Penyusun










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Upaya besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah dilaksanakan dalam tiga dasawarsa terakhir ini menuntut revormasi total kebijakan pembangunan dalam segala bidang. Untuk meningkatkan pembangunan kesehatan yang merupakan modal utama pembangunan nasional, tinjauan kembali terhadap kebijakan pembangunan kesehatan merupakan keharusan.
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga sehingga mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan di masyarakat merupakan masalah yang kompleks dan perlu peningkatan penanganan secara lintas program, lintas sektor dan lintas disiplin ilmu serta dengan memperbaiki faktor sosial budaya. Tanpa kerja sama dan pemantapan dengan organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI dan lain-lain), serta dengan “stake holder” permasalahan tidak akan terselesaikan.
1.2 Tujuan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah menemukan jenis-jenis Infeksi Menular Seksual dan melakukan penanggulangan secara promotif dan preventif (dalam lingkup kebidanan komunitas).
1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas yaitu :
a. Menjelaskan pengertian Infeksi Menular Seksual
b. Memaparkan cara penularan Infeksi Menular Seksual
c. Memaparkan macam-macam Infeksi Menular Seksual
d. Menjelaskan strategi pemecahan Infeksi menular seksual




BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.PENGERTIAN INFEKSI  MENULAR SEKSUAL (IMS)
IMS adalah singkatan dari Infeksi Menular Seksual, yang berarti suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal atau lewat vagina).
IMS juga diartikan sebagai penyakit kelamin, atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.
2.2. ANGKA-ANGKA KEJADIAN IMS
  1. Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
  2. Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per 100.000 penduduk
  3. AIDS : Laki-laki : 64,6 %, perempuan : 31,9 %
d.      Lain-lain : 3,5 %.  (www.pikiranrakyat.com)
2.3. CIRI-CIRI IMS
a.       Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.
b.      Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin
c.       Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
 2.4. EPIDEMIOLOGI IMS
a.       Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan melaporkan setiap kasus baru IMS yang ditemukan.
b.      Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
c.       Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali terjadi salah diagnostic dan penanganannya.
d.      Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita wanita.
e.       Pengontrolan terhadap IMS  ini belum berjalan baik. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)


2.5.  RANTAI PENULARAN IMS
Virus, bakteri, protozoa, parasit dan jamur manusia, bahan lain yang tercemar kuman, penis, vagina, lubang pantat, kulit yang terluka, darah, selaput lendir. Yang paling umum adalah hubungan seks (penis-vagina, penis-lubang pantat, mulut-lubang pantat, mulut-vagina, mulut-penis). Hubungan seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena IMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, transfusi darah yang tidak steril, jarum tato dan lainnya). Orang yang berperilaku seks tidak aman. Makin banyak pasangan seks, makin tinggi kemungkinan terkena IMS dari orang yang sudah tertular.
2.6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENINGKATNYA IMS
a.       Perubahan demografik secara luar biasa
b.      Peledakan jumlah penduduk
c.       Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya: pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat, kongres atau seminar
d.      Kemajuan sosial ekonomi
e.       Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi diatas, terutama dalam bidang agraris dan moral.
f.       Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks khususnya
g.      Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
h.      Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
i.        Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan klinik pengobatan. (Adhi Jduanda, 2007 : 361)
2.7. PENCEGAHAN
a.       Patahkan salah satu rantai penularan
b.      Pakailah kondom saat berhubungan seksual dengan orang yang beresiko atau telah terkena IMS.
2.8. MACAM PENYEBAB IMS
IMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :
a.       Infeksi bakteri
1)      Neisseria gonorroeae (gonore)
2)       Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)
3)       Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
4)      Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
5)      Haemophillus ducrei (chancroid)
6)      Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
7)       Spesies shigella
8)       Gardanela vaginalis (vaginitis)
b.      Infeksi virus
1)      Virusherper simpleks (HSV)
2)       Hepatitis A, B, C
3)       Sitomegalovirus (infeksi CMV)
4)      Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
5)        Moloskum kontangiosum
6)      Human immunodeficiency virus (HIV)
c.       Infeksi protozoa
1)      Trichomonas vaginalis
2)      Entamoba histolyca
3)      Giardia lambia
d.      Parasit
1)      Phthirus pubis (kutu kepiting)
2)       Sarcoples scabies (tungau scabies). (M William Schwartz, 2004 : 700)

2.9. MACAM-MACAM IMS
Infeksi menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya yaitu :
a.       GONORRHOE
1)      Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun berpasangan.
2)      Tanda dan gejala
Pada Pria: Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :
a)      Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar.
b)      Uretritis
c)      Keluar nanah di uretra
d)     Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.
e)      Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadang-kadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan
f)       Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri perdarahan, tenesmus)
Pada wanita: Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala, namun beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat mukopurulen dari os serviks,  Infeksi pada kelenjar pada uretra.
(Anna Glasier, 2005 :306)
3). Dampak pada kehamilan dan bayi
Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil yang menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta. Dampak tersebut antara lain :
a)      Aborsi spontan septic
b)       Preterm
c)       Premature
d)     Korioamnionitis
e)       Infeksi post partum
b.      KLAMIDIA TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun.
1). Tanda dan gejala
a). Pada pria
·         Timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen
·         Disuria
b). Pada wanita
·         Sebagian besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak memperlihatkan gejala tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan disuria
·         Mungkin tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak normal / mungkin terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.
·         Nyeri tekanan adneksa yang ringan

c).  Faktor resiko
1.  usia muda
a) pasangan seksual yang banyak
b) penggunaan kontrasepsi oral
c)ras (angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)
d).Komplikasi
1. Pada pria
a. Uretritis
b. Epidedimitis
c.Proktitis
d.Sindromreiter (konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)
2.      Pada wanita
a. Servisitis
b. Uretritis
c. Penyakit peradangan pelvis
d. Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan semakin terasa apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual, anoreksia dan demam ringan.
e). Penegakan diagnosis
  1. Biakan pada sikloheksamid untuk sel Mc. Coy, akan tetapi cara ini mahal,lambat dan penyediaan terbatas.
  2. Uji deteksi antigen yang cepat misalnya chlamidiozyme atau microtrek telah popular karena dapat dipercaya, tidakmahal dan cepat. (Neville F. Hacker,2001: 203)
f). Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan
Ibu hamil yang terkenai nfeksi clamidia trachomatis mempunyai kemungkinan melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.
g). Terapi
1.      Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus kalau terjadi pneumonia atau otitis media
2.      Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
3.      Golongan tetrasiklin dan makrolid. (Anna Glasier, 2005 : 311)

c.       HERPES SIMPLEKS / GENITALIS
1). Pengertian
a)      Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan ditularkan lewat kontak mukokutaneus yang intim.
b)      Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan.
c)      Virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe I dan II\
2).Gejala klinis
Masa inkubasi : 3-7 hari
1. infeksi primer
Berlangsung kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik, misalnya :
a)      Demam
b)      Malaise
c)      Anoreksia
d)     Pembengkakan kelenjar getah bening regional
e)      Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal
2. fase laten
a)      Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
b)      Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
3. infeksi rekuren
reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang dapat dipacu oleh :
a)   Trauma fisik        :
        demam
        infeksi
        kurang tidur
        hubungan seks
b)       Trauma psikis     : gangguan emosional
c)       Obat-obatan        :
        kortikoseteroid
        imuno supresif
d)     Menstruasi
e)      Makan dan minuman yang merangsang. (Arif Mansjoer jilid II,2000: 151 -152)
3). Dampak pada kehamilan
  1. Herpes genitalia primer
Pasien yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi peningkatan resiko komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :
a.       aborsi spontan
b.      IUGR
c.       persalinankurang bulan
sedangkan kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :
a.       ensefalopati
b.      keratokonjungtivitis
c.       hepatitis
d.      lesipadakulit. (Arif Mansjoer, 2000 : 152)
4). Pemeriksaan penunjang
Percobaan Tzantk dengan pewarnaan Gremsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan bahan inklusi intranuklear. (Arif Mansjoer, 2000 : 152)
  1. Diagnosa banding
    1. Impetigo vesikobulasa
    2. Ulkusdurum
    3. Ulkus mole
    4. Ulkus mikstum
    5.  Penatalaksanaan
      1. medikamentosa
      2. belum ada terapi radikal
      3. pada episode pertama, berikan :
a)      Asiklovir 200 mg peroral 5 x/hr selama 7 hr atau
b)      Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
c)      Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
d)     Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat → komplikasi pada alat dalam.
  1. pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa membalik → tapi dapat diobati dengan krim asiklovir.
(Arif Mansjoer, 2000 : 152)

d.   SIFILLIS               
1). Pengertian
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum.
2). Tanda dan gejala
1. Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)
a. pada laki-laki :
·         Timbul ulkus(Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan keras ( seperti kancing)
·         Mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri. Ulkus primer ini akan sembuh spontan, meninggalkan parut seumur hidup.
b. pada perempuan :
·         Timbul ulkus (chancre) pada serviks
·         Sifillis sekunder (4-10mgg)
·         Timbul kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
·         Pada genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
·         Limfadenopati umum
·         Adenopati, demam, faringitis, malase
(M. William Schwarts, 2004 : 701)
2. Sifilis tersier
·         Semua organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia dan perubahan perilaku) dan jantung
·         Interval dari infeksi menjadi neurosifilis  berkisar antara 20-30 tahun
·         Terjadi gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes
(Jan Tambayong, 2000 : 197)
3). Dampak pada kehamilan
Infeksi ibu dapat menyebabkan penularan transplasental ke janin pada setiap gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin menularkan infeksi dengan manifestasi lebuih berat yang terjadi pada janin.
Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain :
·         Hidrops yang tidak imun
·         Hipatosplenomegali
·         Anemia
·         Trombositopenia yang hebat
·         Lesi kulit
·         Ruam
·         Ostertis
·         Periostitis
·         Pneumonia
·         Hepatitis
4). Penegakan diagnosa
Diagnosa serologic sifilis umumnya ditegakkan dengan melakukan 2 tipe pemeriksaan yaitu :
a)      Pemeriksaan antibody non treponema → VDRL atau RPN dilakukan dengan pemeriksaan dilusi serum serial, hal ini penting karena terdapat lesi klinis yang berkaitan dengan peningkatan titer pada pemeriksaan nontreponema.
b)      Pemeriksaan anti bodi treponema → FTA-ABS, MHA-TP

5). Terapi
a)      Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan tidak hamil.
b)      (terapi yang dipilih adalah penisilin G)
c)      Pada pasien dengan sifilis primer, sekunder atau laten yang berlangsung < dari 12 bulan menggunakan terapi dosis tunggal benzatin penisilin : 2,4 juta unit yang dilakukan secara intramuscular (IM)
d)     Pasien dengan sifilis laten yang lebih lama dari satu tahun diberi terapi mingguan ini selama 3 minggu.
E.   KANDIDOSIS VAGINAL
1). Definisi
Kandidosis vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut pada vagina danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C. albicans. (Arif Mansjoer, 2000 : 150)
2). Faktor predisposisi
a). factor endogen, yaitu :
1)      perubahan fisiologik, seperti kehamilan, kegemukan, debilitas, endokrinopati dan penyakit kronik
2)      umur, misalnya orang tua dan bayi lebih mudah terkena
3)      imunologik / penyakit genetik
4)      factor eksogen, antara lain :
5)      iklim, panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
6)      kebersihan kulit
7)      kontak dengan pasien
8)      latrogenik, misaldengan penggunaan antibiotic jangka panjang
3). Tanda dan gejala
a). Tanda
1)      Radang
2)      Disertai maserasi
3)      Pseudomembran
4)      Fisura
5)      Lesi satelit papulopustular
b). Gejala
1)      Gatal
2)      Biasa disertai keputihan
3)      Tidak berbau / berbau asam
4)      Jumlah biasa banyak
5)      Berwarna putih keju, seperti kepala susu / krim atau seperti susu pecah
6)      Pada dinding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju ( cottage cheeses) yang menenpel
c). Dampak pada kehamilan
Infeksi pada bayi saat dilahirkan, seringkali terbatas pada bagian mulut dan daerah yang ditutupi popok.
1.      kandidosis oral ( sariawan / stomatitis )
tanda dan gejala :
a)      plak putih pada mukosa oral, gusi dan lidah
b)      tidak bisa dibersihkan
c)      cenderung berdarah bila disentuh
d)     kesulitan menelan
factor predisposisi :
a)      bayi yang sakit, lemah / mendapat terapi antibiotic
b)      bayi yang mengalami celah bibir / celah palatum, neoplasma dan hiper paratiroid
penanganan :
a)      mengolesi lesi dengan larutan gentian violet cair ( 1% – 2%)
b)      nistatin dimasukkan ke dalam mulut bayi dengan alat tetes yang sebelumnya dibersihkan dulu
2.      candidal diaper dermatitis
terlihat pada daerah perianal,lipatan inguinal dan di bagian abdomen yang lebih rendah.
Tanda dan gejala :
a)      mengalami eritema hebat
b)      dengan garis tajam
c)      pinggir bergerigi
d)     seringkali disertai berbagai lesi kecil yang meluasdiluar lesi yang lebih besar
Sumber infeksi :
a)      melewati traktus gastrointestinal
Penanganan :
b)      mengoles salep anti jamur (seperti nistantin) tiap ganti popok
e.       Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan mikroskopik secret vagina dengan sediaan basah KOH 10 % dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form) : blastospora dan pseudohifa (seperti sosis panjang bersambung). Dengan pewarnaan gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat gram positif dan blastospora.
f.        Diagnosis
Ditegakkan berdasar pada manifestasi klinis dan pemeriksaan mikroskopik.
g.       Penatalaksanaan
1. topical, gunakan :
a)      Mikonazol /klotrimazol 200 mg intra vaginal/hari selama 3 hari
b)      Klotrimazol 500mg intravaginal dosis tunggal
c)      Nistatin 100.000 IU intravaginal / hari selama 14hari
d)     Untuk vulva dapat diberikrim klotrimazol 1 % / mikonazol 2 % selama 7 – 14 hari atau salep tiokonazol 6,5 % sekali oles
e)      Untuk wanita hamil hanya dapat diberikan preparat azol topical selama 7 hari
2. sistemik
a)      Dapat digunakan ketokonazol denga dosis 2 x 200 mg selama 5 hari (untuk dewasa)
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 150-151)
f.   AIDS
1). Pengertian
AIDA (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV). (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162)
2).      Etiologi
Lymphadenopaty associated virus (LAV), human T cell leukemia virus III (HTLV III), human T cell lympho tropic virus. Virus ini ditemukan pada monyet hijau di Afrika sekitar 70 %, tetapi tidak menimbulkan penyakit.
(Manuaba, 1999 : 44-45)
3). Faktor risiko penularan HIV
a)      Memiliki banyak pasangan seksual
b)      Menyalahgunakan obat intravena
c)      Memiliki pasangan seksual dari penyalahgunaan obat intravena
d)     Memiliki pasangan seksual dari orang yang terinfeksi HIV
e)      Pelacuran
f)       Transfusi sebelum  1985
g)      Memiliki riwayat penyakit yang ditularkan lewat kontak seksual (terutama ulseratif)
h)      Lahir di atau pasangan seksualnya lahir di afrika atau karibia 
4). Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 April 1987 di Bali pada seorang wisata Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV / AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan  286 kasus AIDS.
5). Patogenesis
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina serta transmisi dariibu ke anak.penularan HIV melalui 3 cara yaitu :
a)      Hubungan seksual, baik secara vaginal,oral, maupun anal denag seorang pengidap. Cara ini paling umum terjadi, meliputi 80-90 % totalkasus sedunia.
b)      Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Transfusi darah / produk darah yang tercemar mempunyai factor resiko sampai > 90 %. Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia.
c)      Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan 25-40 % dan terdapat < 0,1% total kasus sedunia.
6). Manifestasi klinis
1. keganasan
a)      Sarcoma Kaposi
b)      Limfoma burkit
c)      Limfoma imunoblastik
d)     Limfoma primer pada otak
e)      Kanker leher rahim invasive
f)       Penurunan imunitas yang hebat
2. infeksi oportunistik
a)      Kandidosis pada bronkus, trachea atau paru
b)      Kandidosis pada esophagus
c)      Kniptokokosis ekstrapulmoner
d)     Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
e)      Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
f)       Toksoplasmosis pada otak
g)      Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner )
7). Pemeriksaan penunjsng
Diagnosislaboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a). cara langsung
isolasi virus dari sample. Umumnya menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk :
1)      tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
2)      menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
3)      tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
4)      tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitifitas ELISA untuk HIV-2 rendah
b). cara tidak langsung
1)      ELISA sensitifitasnya tinggi (98,1-100 %). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif, harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot.
2)      Western Blot, sensitifitasnya tinggi (99,6-100 %). Pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3)      Immunofluorescent assay (IFA)
4)      Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
8).       Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV sebelum dan selama persalinan
a)      Persalinan di RS setempat yang mengetahui pasien
b)      Penentuan tatacara persalinan yang diharapkan
c)      Set partus untuk HIV selalu tersedia
d)     Hindari tindakan infasif pada ibu dan janin jangan memasang elektroda kepada kepala dan jika mungkin jangan melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam  secara operatif
e)      Peralatan aspirasi oleh janin 
f)       Perawatan khusus saat memotong tali pusat dan pelahiran plasenta : serologi pada daerah tali pusat dan menentukan adanya virus
g)      Lakukan desinfektan secara cermat
G.   KONDILOMA AKUMINATA
1). Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.
2). Etiologi
Virus papiloma humanus (VPH), virus DNA yang tergolong dalam famili Papova. Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56. tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepithelial serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 ntipe virus papioma humanus.
3). Patogenesis
VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondiloma akuminatum sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual.
4). Manifestasi klinis
Masa inkubasi dan terjadinya lesi antara 1 sampai 3 bulan. Karakteristik lesi seperti kembang kol dan terletak pada introitus, vulva atau rectum.
Masa inkubasi berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Terutama mengenai daerah yang lembab, misalnya daerah genetalia eksterna. Pada pria dapat mengenai perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis. Muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada portio uteri. Adanya fluor albus dan kehamilan dapat mempercepat pertumbuhan penyakit.
Kelainan yang baru berupa vegetasi bertangkai dan kemerahan lalu menjadi kehitaman , permukaan berjonjot (palilomatosa). Bila infeksi menjadi keabu-abuan
5). Diagnosis banding
Veruka vulgaris, kondiloma latum dan karsinoma sel skuamosa. 
6). Penatalaksanaan
Dapat dilakukan dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser CO2.



2.10. STRATEGI PEMECAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Pencegahan terhadap IMS mencangkup 3 tingkatan pencegahan yaitu:
1. Pencegahan primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
  1. Memberikan pendidikan kepada individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga dapat menghindar dari individu yang terinfeksi
  2.  Identifikasi dan mengobati individu yang terinfeksi tanpa gejala.
  3. Wawancara pasien yang terinfeksi untuk identifikasi kontak.
  4. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pencegahanpada individu yang kontak.
  5. Anjurkan untuk berpatisipasi pada program pengawasan.

2.      Pencegahan sekunder yaitu: untuk mencegah terjadinya komplikasi IMS seperti : PID pad waktu dengan GO.
3.      Pencegahan tersier, berfokus untuk menurunkan efek dari komplikasi seperti : steril atau mandul.
Pendidikan kesehatan terhadap individu yang tidak terinfeksi sangat efektif dilakukan melalui sekolah-sekolah dan kelompok masyarakat remaja dan dewasa muda
Di klinik, untuk pasien yang pertama kali mengalami PMS akan merasa takut, berdosa dan tidak aman, sehingga perlu pendekatan psikologis sosial. Pendidikan kesehatan yang diberikan di klinik mencangkup : cara kerja obat, durasi, efektif, efek samping, keuntungan dan kunjungan ulang, kegagalan pengobatan akan menyebabkan remfeksi juga diberi informasi tentang : cara transmisi penyakit, proses reinfeksi, hentikan hubungan seksual jika mungkin, jika tidak bisa mengamankan kondom.










BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
IMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui hubungan heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS.
Didalam makalah dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan penyakit menular seksual antara lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan saluran kencing atau liang senggama (berbau amis, keputihan yang banyak sekali) rasa nyeri atau sakit pada saat kencing atau saat berhubungan seksual, lecet, luka kecil yang disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening,dll.Adapun pencegahan atau penanggulangan IMS tergantung dari jenis-jenis IMS yang dijelaskan.
3.2.  Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di lingkungan masyarakat.











DAFTAR PUSTAKA
Cunningham,F.Gary.2001.Obstetri William.Jakarta:EGC
Glasier,Anna.2005.Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi.Jakarta:EGC
Hacker,Neville F.2001.Esensial Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
Jduanda,Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:EGC
Manuaba,Ida Ayu Chandranita.1999.Ilmu Kebidanan dan Penyait Kandungan.Jakarta:EGC
Stanhope,Marcia.1997.Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.Jakarta:EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar