MAKALAH
KETERAMPILAN
DASAR KEBIDANAN
tentang
PRINSIP
PENCEGAHAN INFEKSI
Dosen Pengampu:
Desiana Pitta Sari, S.SiT
Disusun Oleh:
ASTI NORMA
(120200521)
STIKES ALMA ATA
Jalan Ringroad
Baratdaya Nomor 1, Tamantirto
YOGYAKARTA
2012
A. PENDAHULUAN
Transmisi kuman rnerupakan proses masuknya kuman ke
dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau poses tersebut
melibatkan beberapa unsur di antaranya: resevoir, jalan masuk, inang (host),
jalur keluar, dan jalur penyebaran.
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat meialui berbagai cara, di antaranya:
1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung.
2. Makanan dan minuman
3. Serangga
4. Udara
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat meialui berbagai cara, di antaranya:
1. Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung.
2. Makanan dan minuman
3. Serangga
4. Udara
Prinsip
pencegahan infeksi diperlukan untuk mencegah masuknya kuman-kuman patogen ke
dalam tubuh untuk menghindari infeksi.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Infeksi
Infeksi
adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang,
dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat
berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan
kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen
umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Faktor-faktor yang memmengaruhi proses infeksi:
a) Sumber
Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau
lambat.
b) Kuman
penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
c) Cara
Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi
cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
d) Cara
Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebar.
e) Cara
Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk
melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
f) Daya
Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan.
2. Pencegahan Infeksi
Jika
tidak dikendalikan dan dicegah dengan sungguh-sungguh, infeksi bisa
mengakibatkan kesakitan dan kematian. Orang-orang yang berada di lingkungan
rumah sakit seperti pasien, petugas kesehatan, penunggu / pengunjung juga
sangat berisiko terinfeksi. Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan
di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan
penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik,
sehingga daya tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi
silang karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh
penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang
terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini
disebut infeksi nosokomial. Resiko infeksi di rumah sakit atau yang biasa
dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia.
Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika,
sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi masih
merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah
satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta
kematian setiap hari di seluruh dunia. Saat ini infeksi nosokomial lebih
dikenal sebagai Health-care Associated Infections (HAIs).
Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
a. Cuci tangan
Mencuci
tangan umumnya dilakukan saat sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan,
setelah memegang daging mentah, sebelum dan setelah menyentuh orang sakit,
sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau bersin atau membuang ingus,
setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan setelah mengobati luka,
setelah membersihkan atau membuang sampah, setelah menyentuh hewan atau kotoran
hewan.Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang
mengalir. Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci
tangan yang benar adalah sebagai berikut.
1) Basahi
tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.
2) Ambil
sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun
mengandung antiseptik.
3) Gosokkan
kedua telapak tangan.
4) Gosokkan
sampai ke ujung jari.
5) Telapak
tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari
saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok
sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.
6) Letakkan
punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.
7) Usapkan
ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal
yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
8) Gosok
telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan,
kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.
9) Pegang
pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar.
Lakukan pula untuk tangan kiri.
10)
Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air
mengalir.
11)
Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan
bila menggunkan kran, tutup kran dengan tissue.
Mengeringkan
dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan menggunakan mesin
pengering tangan yang umum ada di mal. Karena mesin pengering tangan yang dipakai
secara umum menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke orang lain.
b. Memakai sarung tangan
Pakai
sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh, selaput
mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah
yang terkontaminasi. Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk
setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau
gunakan tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.
Jenis-jenis sarung tangan
a)
Sarung tangan steril
Gunakan
sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang
akan mengakibatkan kontak dengan jaringan di bawah kulit seperti persalinan,
penjahitan vagina atau pengambilan darah.
b)
Sarung tangan periksa
Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani
darah atau cairan tubuh.
c)
Sarung tangan rumah tangga
Gunakan sarung tangan rumah
tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan
darah dan cairan tubuh.
c. Memakai perlengkapan pelindung
d. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
e. Memproses alat bekas pakai
f. Menangani peralatan tajam dengan aman
g. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.
d. Menggunakan asepsis atau teknik aseptik
e. Memproses alat bekas pakai
f. Menangani peralatan tajam dengan aman
g. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.
Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1. Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan
dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah
mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Mencuci dan membilas
Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran) dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semuamikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semuamikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi.
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrumen.
3. Sterilisasi
a. Sterilisasi
Secara Fisika
1. Pemanasan Kering
a). Udara Panas Oven
Bahan
yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak
lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril
seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan
sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat
gelas dan banyak alat-alat bedah.
Harus
ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama
tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam
sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan
penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme
pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf
bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan
metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan
basis minyak, atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak
sama sekali.
Selama
pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan
dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi
dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu
pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan.
Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering
membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C
sampai 170°C selama 1-4 jam. Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi
panas kering 160°C paling cepat 1 jam,
tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi
minyak lemak atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk streilisasi panas
kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan
pada suhu 170oC.
dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah
dan waktu yang lebih lama.
Secara
umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan melalui proses pengabuan dari mikroorganisme.
Proses ini merupakan kelanjutan atau sekumpulan proses yang dilakukan dalam
sebuah oven dengan temperatur sekelilingnya 170°C untuk sterilisasi atau 250°C
untuk depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk sterilisasi/depirogenisasi
alat-alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi secara aseptik. Suhu
yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti
sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol.
Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas
dan bahan-bahan lain yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan.
Secara umum, validasi untuk alur depirogenisasi untuk proses panas kering
selalu termasuk proses sterilisasinya.
Panas
kering pada temperatur lebih 160oC efektif menghancurkan mikroorganisme hidup
dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini
berjalan relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam pada suhu 160oC tetapi
lebih cepat pada temperatur yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan
beberapa produk.
Penerapan
panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan mikroorganisme
diisyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.
Beberapa
bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan
panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk
talk. Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama
dan temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur
bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan,
kondisi kelembaban dan faktor lain. Jumlah air dalam sel mikroba diketahui
mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering. Umumnya, ini
diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan
resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas bahwa perhatian harus
diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk
rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi
standar.
Oven
digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan
mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa
waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
1) 170ーC (340 F) sampai 1 jam
2) 160°C (320 F) sampai 2 jam
3) 150°C (300 F) sampai 2,5 jam
4) 140ーC
(285 F) sampai 3 jam
b). Minyak dan penangas lain
Bahan
kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan
mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 1620C. larutan
jenuh panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai
pensterilisasi. Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah.
Minyak dikatakan bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan
untuk memelihara cat penutup.
c).
Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk
mensterilkan spatula logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter
bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam dan
kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan
salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus
bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat
disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat
keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati. Setelah
pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.
2.
Panas lembab
a).
Uap bertekanan
Stelisisasi
termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf. Ini merupakan
metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat
diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter
sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring
dilakukan sekali dalam satu siklus yang divalidasi. Secara umum, sterilisasi
panas lembab dilakukan pada suhu 121°C
dibawah tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan bila suhu sterilisasi
berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan waktu yang dibutuhkan, dalam
menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan hasil pada 121°C pada waktu tertentu.
Penggunanaan
uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum memuaskan dan efektif
yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan yang
ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan
gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda
karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah
ketidaksesuaiannya untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan
kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi misalnya, produk
yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif
mikroorganisme hidup dalam waktu ½
menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap
pemanasan tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4
sifat dari uap jenuh kering yaitu :
1) Suhu
2) Panas tersembunyi yang berlimpah
3) Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
4) Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu
yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121oC selama 12 menit, ditambah
waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121°C setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml
akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.
Panas
lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan cara
sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara
sterilisasi panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian
mikroorganisme oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda
dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme yang paling penting adalah
proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai
penerapan uap jenuh di bawah tekanan paling kurang 15 menit dengan temperatur
minimal 121oC
dalam jaringan tekanan. Bentuk yang paling sederhana dari autoklaf
adalah home
pressure cooker.
Uap
panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau air mendidih.
Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan dengan
proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini
jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering
gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang
tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan.
Dalam
prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu perpanjangan pemaparan uap
selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan
menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda
yang juga disebut sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah
tindalisasi digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir
pada periode waktu bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit.
Antara pemaparan bahan terhadap uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada
inkubator pada 37oC.
prinsip dari metode ini adalah pada saat waktu pertama kali pemaparan pada uap
membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan
pada inkubator atau pada suhu ruangan selam 24 jam, banyak spora akan tumbuh ke
dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada
pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang
berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat.
b).
Pemanasan dengan bakterisida
Ini
menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada 100oC. adanya bakterisida sangat
meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan untuk larutan berair
atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada
autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam wadah
bersegel pada suhu 100oC selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air.
Bakterisida yang dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2%
kresol atau 0.002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari
15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro intestinal sehingga
tidak dibuat dengan metode ini.
c).
Air mendidih
Penangas
air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi jarum
spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh
air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi
bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi
menggunakan pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 %
fenol, 1-2% Na-carbonat atau 2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang
menghambat kondisi bahan-bahan logam.
3. Cara Bukan Panas
a).
Sinar ultraviolet
Sinar
ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara
dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV menembus udara bersih dan air murni
dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air
atau udara menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk
kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan membunuh
mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan.
B. Sterilisasi
Secara Kimia
1.
Sterilisasi Gas
Sterilisasi
gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk
padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal
akan dibunuh. Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk
mensterilkan bahan-bahan dan menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada
akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan kereaktifannya terhadap bahan
yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin, riboflavin, dan
streptomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida
dengan alkalis asam amino, hidroksi atau gugus sulfur dari enzim seluler atau
protein. Beberapa lembab dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan
menghancurkan sel. Kelembaban
rendah misalnya minimal 20%, angka kematian tidak logaritmik (tidak nyata).
Tetapi mikroorganisme muncul peningkatan resistensinya dengan penurunan
kelembaban. Dalam prakteknya, kelembaban dalam chamber pensteril ditingkatkan
dari 50-60% dan dipegang untuk suatu waktu pada permukaan dan kelembaban
membran sel sebelum penggunaan etilen oksida.
Etilen
oksida bersifat eksplosif ketika dicampur dengan udara. Penghilangan sifat
eksplosif dengan menggunakan campuran etilen oksida dan karbondioksida. Seperti
Carboxide, Oxyfume 20, campuran etilen oksida dengan hidrokarbon terflouronasi
seperti Storoxide 12. keduanya diluent inert yang mempunyai tekanan uap yang
tinggi dan bereaksi sebagai pembakar etilen oksida keluar dari silinder masuk
ke dalam chamber steril. Komponen terfloronasi mempunyai keuntungan over
karbondioksida yang disimpan dalam wadah yang ringan dan campuran mengizinkan
tekanan parsial tinggi dari etilen oksida pada chamber pensteril pada tekanan
total yang sama.
Sterilisasi gas berjalan lambat waktu
sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban, temperatur dan
konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida dalam 450 mg/L,
271 Psi, konsentrasi ini 85°C dan
50% kelembaban relativ dibutuhkan 4-5 jam pemaparan. Di bawah kondisi sama 1000
mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3 jam. Dalam partikel 6 jam pemaparan etilen
oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperbolehkan waktu untuk
penetrasi gas ke dalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal
vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan
untuk mensterilkan obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk
sterilisasi benang, plastik tube. Penggunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral
tertentu seperti kertas karf dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol
etilen oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan
teknik aseptis.
Gas yang biasa digunakan adalah etilen
oksida dalam bentuk murni atau campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini
sangat mudah menguap dan sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang
menyebabkan dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif.
Sterilisasi dilakukan dalam ruang/chamber sterilisasi.
Sterilisasi
menghasilkan bahan toksik seperti etilen klorohidrin yang menghasilkan ion
klorida dalam bahan-bahan. Digunakan untuk sterilisasi ala-alat medis dan
baju-baju medis, bahan-bahan seperti pipet sekali pakai dan cawan petri yang
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Residu etilen oksida adalah bahan
yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan –bahan
yang disterilkan setelah proses sterilisasi, yang dapat dilakukan dengan
mengubah suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Juga perlu dilakukan perlindungan
terhadap personil dari efek berbahaya gas ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas
dalam chamber
pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan
suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas
pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan
pengemas.
Mekanisme
aksi etilen oksida
Etilen
oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap mikroorganisme dengan
mengalkilasi metabolit esensial yang terutama mempengaruhi proses reproduksi.
Alkilasi ini barangkali terjadi dengan menghilangkan hidrogen aktif pada gugus
sulfhidril, amina, karboksil atau hidroksil dengan suatu radikal hidroksi etil
metabolit yang tidak diubah dengan tidak tersedia bagi mikroorganisme sehingga
mikroorganisme ini mati tanpa reproduksi.
C. Sterilisasi
Secara Mekanik
1.
Filter Bakteri
Cara
kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui
penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme
untuk dapat melaluinya.
Cara
sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang
tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi
lain. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi
filtrasi, khusunya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptik.
Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat
merupakan fungsi magnitude dari beban mikroorganisme, selama tersumbat pada
penyaring dapt terjadi pada konsentrasi yang tinggi dari mikroorganisme.
Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari peenyaring adalah parameter yang
harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada produk yang dapat diprediksi
dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari
berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat,
polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon,
politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban logam.
Larutan
dapat dibebaskan dari organisme vegetatif dan spora bakteri dengan melalui
filter bakteri, filter bakteri tidak membebaskan larutan dari virus.
Bagaimanapun alat ini tidak mengurangi jumlah dan adanya virus, secara prinsip
oleh adsorbsi pada dinding filter dan penghilangan partikel besar dari bahan
yang mengandung virus.
Sterilisasi
dengan filter bakteri digunakan untuk larutan farmasetik atau bahan biologi
yang tidak diefektifkan oleh panas. Berbeda dengan metode filtrasi lain, filter
bakteri ditujukan untuk filtrasi bebas bakteri. Metode sterilisasi ini
membutuhkan penggunaan teknik aseptik yang benar. Sediaan obat yang disterilkan
dengan metode ini dibutuhkan yang mengandung bahan, bakteristatik, kecuali
dinyatakan lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intratekal atau merupakan
larutan dosis tunggal intravena dengan volume lebih dari 15 ml, tidak boleh
ditambahkan bahan bakterisida. Paraffin cair dan minyak lain, tidak disterilkan
dengan metode ini karena dapat meningkatkan permeabilitas dari filter bakteri.
Untuk membuat larutan bebas dari bakteri dan steril, filter dengan berbagai
tipe digunakan. Tipe ini termasuk filter yang terbuat dari silikon murni (diatomaccus
atau klesegurh), porcelin, asbes dan gelas fritled. Karena alat-alat ini mudah
dibersihkan filter seitz yang menggunakan lapisan asbes dan filter-glass
mungkin lebih berguna untuk farmasis.
Filter
dengan pori yang lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa filtrasi
sangat lambat untuk tujuan praktis. Dengan meningkatnya kekentalan dari lilin
filter sangat menghasilkan filtrasi yang efektif, tetapi kekurangannya adalah
banyak dari bahan aktif larutan dihilangkan oleh adsorbsi pada lilin. Bagaimanapun,
dengan mengatur ukuran pori dan kekentalan dari filter sampai optimum. Filter
dapat menjadi sangat efisien dan sangat cepat. Faktor lain dari filter bakteri
yaitu keseimbangan permukaan antara bahan dari filter dengan bakteri dari
larutan, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listrik dan filter, pH
dari bahan yang disaring dan absorpsi dari protein dan bahan lain.
2).Filter
seitz
Bagian
dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi.
Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah
digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter
ini tergantung pada pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena
larutan alkohol pekat tidak mengembang, filter ini tidak digunakan untuk
mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini
mampu dengan kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml.
Kerugian
pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat.
Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari
garamnya dan dapat menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak
pituitary, epinefrin, dan apomorphin. Hal ini dapat diatasi dengan perawatan
pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan kemudian dibilas dengan
air. Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat,
membuat larutan tidak cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan
ayakan dari nilon atau sutra, di bawah lapisan filter sebelum menempatkan
lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat ditempelkan pada
saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung
menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi.
3).
Filter Swinny
Sebuah
adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu
terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk
digunakan filter swinny di bungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang
dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes
dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.
4).
Filter Fritted-Glass
Filter
Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol
bulat dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan
ukuran dari bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan
berkembangnya ukuran. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan
pemanasan didalam gelas pirex seperti corong Buchner.
5).
Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler
terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld disusun
juga dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif. Tersedia
dalam beberapa prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air dalam
Bekerfeld atau Mandler.
6).
Filter Selas
Filter
ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak
menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi filter semata-mata
bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil partikel-partikel dari
filter jauh dalam larutan.
7).
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Ada
pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan
pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
###Reproduced with permission of the copyright owner. Further
reproduction prohibited without permission###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar