MAKALAH
ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI
Dosen Pengampu:
Dyah Pradnya Paramita, S. SiT.
Disusun Oleh:
Nama: ASTI NORMA
NIM: 120200521
SEKOLAH TINGGI
ILMU KEBIDANAN ALMA ATA YOGYAKARTA
JALAN RINGROAD
BARAT NOMOR 1 TAMANTIRTO
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan ridho-Nya Makalah Anatomi Payudara dan Fisiologi
Laktasi ini dapat penulis selesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Dyah Pradnya Paramita, S. SiT, yang
telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk mencapai
tingkat ke dalam memadai sebagai sumber belajar walaupun dalam wujudnya yang
belum sempurna, makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi yang
memerlukan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah,
oleh karena itu kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini berguna
dan bermanfaat bagi kita semua dan Allah berkenan menerima amal bakti yang
diabadikan pada kita semua. Amin.
Yogyakarta, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara
B. Fisiologi laktasi
C. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
D. Air Susu Ibu (ASI)
E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
F. ASI Eksklusif
G. Manfaat Pemberian ASI
H. Masalah-masalah dalam Pemberian ASI
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai
payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya.
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang
gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari
kehidupan, karena air susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting
pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar
mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter
cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di
namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh ibu-ibu supaya menyususi harus
dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan bayinya dan dilaksanakan secara
teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam hari. Hal ini yang merupakan
hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama ibu-ibu yang bekerja atau bagi
ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pola menyusui
yang demikian ketat. Tetapi, meskipun demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu
yang sudah melaksanakan pola laktasi yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 %
akan menjadi hamil lagi sebelum kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode
kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari
hal ini, dan masih banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan
informasi maupun konseling mengenai keluarga berencana.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur
anatomi payudara wanita?
2. Bagaimana tahap
perkembangan payudara?
3. Apa yang
dimaksud dengan kolostrum?
4. Bagaimana fisiologi laktasi?
5. Bagaimana perana bidan dalam
pemberian ASI?
6. Apakah yang diamksud dengan ASI?
7. Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)?
8. Bagaimanakah agar bayi mendapat ASi
Eksklusif?
9. Apa manfaat ASI Eksklusif?
10. Apa sajakah masalah yang sering ada
pada saat menyusui?
C.
Tujuan penulisan
1. Agar dapat
menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2. Dan apa yang
kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang bermasalah dalam
organ mamaenya masing- masing.
3. Agar kita dapat
mengetahui betapa penting laktasi
4. Mengetahui
bagaimana proses dan perawatan laktasi
5. Agar kita dapat
mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga kita atau
seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6. Khususnya
seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan gizi yang terdapat
dalam ASI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Payudara
Payudara adalah
Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain, payudara terletak
di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke
enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting
susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010). . Payudara
manusia berbentuk kerucut tapi sering kali berukuran tidak sama.Payudara dewasa
beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya lebih besar dari yang kanan. Pada
waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai
800 gram.
Gambar anatomi payudara:
Ada tiga
bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus
(badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara.
Puting
payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh
darah dan serat saraf sensorik.
Disekitar
puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami
hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko
kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting
payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan.
Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang
mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam
korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobules
(kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 buah
lobulus pada tiap payudara.
Dari
alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Di bawah areola saluran besar melebar disebut Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua
memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Pada retro areolar ini, duktus yang
berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama masa menyusui, ia akan mengalami
distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah
puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang
bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus
aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang
merupakan tonjolan jaringan payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia
superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka
untuk payudara.
Payudara mendapat perdarahan dari :
1. Cabang-cabang perforantes a.mammaria
interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a. mammaria interna menembus
dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesui, menembus
m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula mamma.
2. Rami pektoralis a.
thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis minor dan
m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor,
arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria
eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri tepi lateral m. pektoralis
mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah
ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini mendarahi m. latissimus
dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan
pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena pada tindakan
radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
5. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga
grup vena :
1. Cabang-cabang perforantes v.
mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang mengalirkan darah dari
payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang kemudian bermuara
pada v. innominata.
2. Cabang-cabang v. aksillaris yang
terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis dan v.
thorako-dorsalis.
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada
v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis, kemudian
bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi
di paru)
Sistem limfatik pada payudara
terdiri dari:
1. Pembuluh getah bening Pembuluh getah
bening aksilla :
Pembuluh gatah bening aksilla ini
mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar areola mamma, kuadran
lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh getah bening mammaria
interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan
medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu menembus
fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial
bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara
ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria
interna, getah bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus
thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk sisi kanan).
Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia
rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardial anterior yang terletak
di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform. Kelenjar grtah bening ini
juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian
antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna.
Payudara mengalami 3 macam perubahan
yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak
melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu
hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus
lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
ductus ke puting susu.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang
normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted). Puting
payudara dikelilingi oleh areola mamae , suatu daerah berpigmen yang ukurannya
bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh
darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel
Montgomeri, kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol
saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun
dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara,
terutama kekeringan dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di
sekitarnya sangat meningakt segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan
influks implus saraf aferen ke hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku
ibu.
Gambar: Bentuk-bentuk putting susu
Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, karena pada dasarnya bayi menyusu pada
payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana
putting tidak lentur, terutama pada bentuk puting tebenam, sehingga butuh
penanganan khusus.
B.
Fisiologi
Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua
pengertian, yaitu produksi ASI
(prolaktin) dan pengeluaran ASI
(oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu,
dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari
plasenta meningkat tetapi ASI
belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada
proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan
refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan
bayi
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin
memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi
akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran
faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui,
kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu
menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh
psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan
prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus
lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down
adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress
seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.
Mekanisne hisapan bayi
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi
intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
1.
Refleksi mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi
atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks
mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang
menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik
masuk ke dalam mulut.
2.
Refleks mengisap (Sucking reflex)
Tehnik menyusui yang baik adalah
apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi
hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk
itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang
terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Tidak dibenarkan
bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat
mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting
susunya.
Puting susu yang sudah masuk ke
dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah
puting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang
payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada
langit-langit keras (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang
secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus,
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang
lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar
dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan
cedera pada puting susu.
3.
Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari
puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang
ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi
berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di
dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot.
Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang ke
arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif)
kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh
bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru
belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan susu botol secara
bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting (nipple confusion).
Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot
botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh
karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada
awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok, cangkir atau
pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
4.
Pengeluaran ASI
(Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis
C.
Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:
1.
Memberikan
bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai menyusui
sendiri setelah lahir, sering disebut inisiasi menyusu dini (early initiation)
atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan antara
ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling
sedikit 30 menit setelah lahir.
2.
Mengajarkan
cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang
timbul.
Tujuan dari perawatan
payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini
mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil
mulai dilakukan sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih
dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan
minimal 1 kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak,
alkohol ataupun sabun pada puting susu.
3.
Membantu
ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera
untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting semakin sering bayi
mengisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras
ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik/posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menusui dapat
dilakukan dengan:
a.
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat
pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.
b.
Posisi
duduk
Pada saat pemberian ASI dengan
posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu
dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat
dilakukan dengan bersila diatas tempat tidur/lantai/duduk di kursi.
c.
Posisi
ibu tidur terlentang
Seperti halnya pada saat dilakukan
inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi
bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda –tanda bayi bahwa telah
berada pada posisi yang baik pada payudara, antara lain:
a) Seluruh tubuhnya
berdekatan dan terarah pada ibu.
b) Mulut dan dagu bayi
berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan
lamban dan dalam , dan menelan ASInya.
e) Bayi terlihat senang dan tenang.
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah
payudaranya.
4.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang
sama (rawat gabung).
Rawat gabung merupakan
salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak
dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh.
Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
a)
Aspek
fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu
setiap saat, tanpa jadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka
ASI segera keluar.
b)
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering
disusui sehingga bayi mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks
oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri
dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai
penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB alami.
c)
Aspek
psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi
atau proses lekat ( early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh
adanya sentuhan badanniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan
bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang
dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.
d)
Aspek
edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara
merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan
suami dan keluarga sangat dibutuhkan ibu.
e)
Aspek
ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun
keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan
suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di
butuhkan.
f)
Aspek
medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi
nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya
yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas
kesehatan sekiranya ada hal-hal dianggap tidak wajar.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu
dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginan (on demand). Bayi dapat
menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6.
Memberikan
kolostrum dan ASI saja.
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi.
Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan
masing-masing ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan
prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka
sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
7.
Menghindari
susu botol dan dot/empeng bayi.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi
binggung dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan,
mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.
D.
Air
Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose
dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke
waktu, hal ini berdasarkan stadium
laktasi.
ASI dibedakan dalam tiga stadium
yaitu:
- Kolustrum,
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke
empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna
kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan
sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri,
virus, jamur dan parasite. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut
ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang
tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan bagi bayi makanan yang akan datang.
2. ASI Transisi / Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan
seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal
bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat
lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan
demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat
perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.
Transisi
|
|||
Energi (kgkal)
|
57,0
|
63,0
|
65,0
|
Laktosa (gr/100 ml)
|
6,5
|
6,7
|
7,0
|
Lemak (gr/100 ml)
|
2,9
|
3,6
|
3,8
|
Protein (gr/100 ml)
|
1,195
|
0,965
|
1,324
|
Mineral (gr/100 ml)
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
Immunoglubin
:
|
|||
Ig A
(mg/100 ml)
|
335,9
|
-
|
119,6
|
Ig G
(mg/100 ml)
|
5,9
|
-
|
2,9
|
Ig M
(mg/100 ml)
|
17,1
|
-
|
2,9
|
Lisosin (mg/100 ml)
|
14,2-16,4
|
-
|
24,3-27,5
|
420-520
|
-
|
250-270
|
|
E.
Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
1.
Pengertian
IMD
a. Inisiasi menyusu dini adalah
memberikan kesempatan kepada bayi untuk mulai
menyusu sendiri segera setelah bayi dilahirkan. ( Sintha,2008).
b. Inisiasi Menyusu Dini adalah
perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir.
(Prasetyono,2008)
c. Masa - masa belajar menyusu dalam satu jam
pertama hidup bayi diluar kandungan disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi untuk
menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap
ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal kehidupannya. (Roesli, 2008).
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku
bayi untuk mencari puting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008).
e. Inisiasi menyusu dini adalah
permulaan yang awal sekali dimana bayi diberi kesempatan menyusu atau mencari
puting payudara dengan cara merangkak di dada ibu ( Khasanah,2011 )
f. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah
rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan
aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan
segera menyusu dari puting susu ibunya (Hartati, 2008).
Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini
( IMD) adalah bayi diberikan kesempatan untuk mengembangkan instingnya dalam
menyusu kepada ibunya. Setiap bayi lahir memiliki insting dan refleks yang
sangat kuat pada satu jam pertama kelahirannya. Lebih dari 1 jam maka refleks
bayi akan menurun dan baru menguat kembali setelah 40 jam. Jadi, sangatlah
penting agar tidak melewatkan waktu 1 jam pertama ini.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang
dapat mendorong kita untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan :
a. Percayalah bahwa bayi dapat
melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami seorang bayi yang baru lahir
untuk menyusu pada ibunya.
b. Ini merupakan tahap awal yang
baik,bila ingin memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama. Bayi akan
menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk memberikan ASI dan IMD juga
mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
c. Jangan mengkhawatirkan bayi kita
akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus dibiarkan selama 1 jam untuk
mencari puting susu ibunya. Hal ini karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi
secara sempurna.
d. Inisiasi Menyusu Dini dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta mengurangi tingkat kematian bayi baru
lahir.
e. Gerakan bayi yang merangkak mencari
puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan hormon yang membantu
menghentikan perdarahan ibu.
f. Bila bayi melakukan IMD menangis,
jangan cepat-cepat menyerah untuk memberikan ASI. Bayi yang menangis belum
tentu karena merasa lapar,biarkan bayi menemukan susu sendiri.
g. Bila persalinan harus melalui proses
Caesar kita tetap dapat melakukan IMD walaupun kemungkinan keberhasilannya
hanya 50% daripada persalinan normal.
h. IMD dapat meningkatkan ikatan batin
antara ibu dan anak.
F. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian air
susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman
tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan penyakit ). ASI merupakan satu
jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi
sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup
hampir 200 unsur zat makanan. ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan
Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan
kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu
berada pada tingkat terbaik dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system
saraf.
Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayi, banyak solusi yang ditawarkan untuk tetap
memberikan ASI eksklusif, dan yang terpenting di sini adalah perubahan mindset
serta komitment sebagai orang tua yang selalu mementingkan kesehatan dan tumbuh
kembang bayi.
Ada beberapa hal yang harus
diketahui oleh ibu bekerja dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu :
1. Langkah-langkah
pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
a. Siapkan ASI perah sekurang-kurangnya
2 minggu sebelum masuk kerja.
b. ASI perah diberikan dengan sendok / cangkir
dan jangan dengan DOT.
c. Perahlah ASI di tempat kerja tiap 2
- 3 jam.
d. Perbanyak minum terutama sebelum dan
sesudah menyusui atau memerah ASI
e. Susuilah bayi selama masih bersama
ibu.
2. Cara memerah air susu ibu
a. Siapkan cangkir bermulut lebar
b. Cuci tangan dengan sabun antiseptic
dan air bersih.
c. Oleskan sedikit ASI ke puting dan
Areola mamae sebelum memerah.
d. Letakkan jari telunjuk, jari tengah,
dan ibu jari di daerah areola pada posisi jam 6 dan jam 12 atau jam 3 dan jam
9.
e. Lakukan gerakan tekan - lepas -
tekan - lepas sampai payudara terasa kosong.
f. Lakukan pada kedua payudara selama ±
20 - 30 menit .
g. Perah ASI tiap 2 - 3 jam, termasuk
malam hari.
h. Simpan ASI perahan dengan tempat
tertutup dan beri label (tanggal, jam saat diperah), lalu simpan di kulkas /
termos Es.
3. Cara
penyimpanan ASI perah
4. Cara memberikan ASI perah.
a.
Keluarkan ASI perahan dari kulkas, diamkan sampai cair, hangatkan ASI dengan
cara merendam tempat ASI dalam air panas.
b.
Ibu / pengasuh duduk nyaman.
c.
Pegang bayi tegak lurus / setengah tegak di pangkuan ibu.
d.
Sentuhkan sendok / cangkir ke bibir bayi.
e.
Biarkan bayi menghisap / menjilat ASI.
f.
Jangan menuangkan ASI ke mulut bayi.
g.
Sendawakan bayi.
TIPS UNTUK MELANCARKAN ASI EKSKLUSIF
1. Pijat Payudara / Breast Massage
Perawatan payudara selama hamil
berperan besar dalam mewujudkan tercapainya program ASI Eksklusif. Breast
massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu refleks mengeluarkan ASI. Breast
massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat usia kehamilan 5 - 6
bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast massage
tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim. Breast massage
dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.
Cara
Breast massage :
Bersihkan payudara dengan air hangat,
lalu pijat dengan menggunakan minyak (baby oil atau minyak kelapa / VCO). Pijat
payudara dalam beberapa menit dari arah pangkal (atas) payudara menuju puting
(bawah) dengan gerakan memutar pada satu area payudara. Lakukan hal yang sama
pada area payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara dari arah
pangkal ke arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian
samping payudara dari dada ke arah putting.
2.
Perawatan puting dan usaha
menyusui secara langsung
Puting
susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif,
tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah
puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar
ataupun radang pada payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan cara melakukan perawatan secara rutin pada puting susu,
dan usahakan menyusui secara langsung.
3.
Asupan Nutrisi yang optimal
Nutrisi
optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui. Konsumsi makanan yang
bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat mencukupi
kebutuhan Gizi pada bayi.
4.
Ubah mindset dan cari dukungan
Perubahan
pola pikir dapat menumbuhkan keyakinan pemberian ASI eksklusif. Karena pikiran
positif akan menghasilkan hal yang positif, jadi pada saat anda memutuskan
untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda, maka yakinlah bahwa pasti dapat
melaksanakan dengan optimal. Selain perubahan pola pikir juga sangat penting adanya
dukungan dari lingkungan kerja.
Lingkungan
kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang mendukung keberhasilan ASI
Eksklusif, dengan menyediakan fasilitas, sarana pemberian ASI, serta disediakan
waktu untuk memerah atau memberikan ASI kepada bayinya.
5.
Rajin mencari informasi
ASI
harus diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka
produksi ASI akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih
dan tidak kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan
masalah pemberian ASI sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu
seorang ibu harus lebih rajin membaca dan mencari informasi tentang cara
menangani masalah menyusui, bahkan Anda bisa menjadi sumber informasi untuk
masyarakat sekitar anda.
Ingatlah
bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang ibu telah
mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara
eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.
G. Manfaat Pemberian ASI
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu
minimal hingga bayinya berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI
menurut Kristiyansari (2009):
1.
Manfaat
ASI bagi bayi
a.
Dapat
membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat ASI memiliki
kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode
perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b.
Mengandung
antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan membentuk antibodi
dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di payudara disebut
Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT).
c.
ASI
mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan cukup
kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d.
Mengurangi
karies dentis.
e.
Memberi
rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi, kontak kulit ibu
ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang
baik.
f.
Terhindar
dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna, pemberian protein
asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi.
g.
Meningkatkan
kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak.
h.
Membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap
mulut bayi pada payudara.
2.
Manfaat ASI bagi ibu
a. Aspek kontrasepsi
a. Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk
ke indung telur, menekan produksi estergen sehingga tidak terjadi ovulasi.
Pemberian ASI membrikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan
pertama dengan metode ASI eksklusif dan belum menstruasi.
b.
Aspek
keselamatan ibu
Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis, yang membantuinvolusi uterusdan mencegah pendarahan post partum.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia
defisiensi besi.
c.
Aspek
penurunan berat badan
Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak
sehingga timbunan lemak akan terpaki.
d.
Aspek
psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
3.
Manfaat
ASI bagi keluarga
a.
Aspek
ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung
lebih sehat sehingga mengurangibiaya berobat jika sakit.
b.
Aspek
psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang
sehingga suasana kejiwaan keluarga terpenuhi.
c.
Aspek
kemudahan
ASI dapat diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak
memerlukan perwatan dot dan sebagainya.
4.
Manfaat
ASI bagi negara
a.
Menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI
melindungi bayi dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan
sebagainya.
b.
Menghemat
devisa negara
Jika semua ibu menyusui, diperkiraka dapat menghemat devisa
sebesar 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c.
Menurangi
subsidi untuk rumah sakit
Rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi
mengurangi komplikasi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
d.
Peningkatan
kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
H.
Masalah-Masalah dalam Pemberian
ASI
a.
Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau
keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang,
serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang
disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut
ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding
(makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan
bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi
tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang
disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam
yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar
dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini,
kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan
ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya
payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
1)
Susukan bayi segera setelah
lahir, apabila keadaan memungkinkan
2)
Susukan bayi tanpa dijadwal (on
demand / sesuka bayi)
3)
Keluarkan ASI dengan tangan
atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4)
Lakukan perawatan payudara
pasca persalinan secara teratur
5)
Keluarkan sedikit ASI sebelum
menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah
ditangkap/diisap oleh bayi.
6)
Berikan kompres dingin untuk
mengurangi rasa sakit pada payudara.
7)
Berikan kompres hangat sebelum
menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
8)
Lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan
peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dalam payudara
b. Kelainan
Puting Susu
Kebanyakan
ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui,
misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
1) Puting
Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari
telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol
keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih
tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian
pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2) Puting
Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu
tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena
ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau
penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat
diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian
dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak
semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk
itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan)
atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
c. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan
Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting
susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai
berikut:
1) Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk
kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting
susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat
mengiritasi puting susu
3) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya
saja.
4) Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah
memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut
bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting
di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari
puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan
obat-obat yang dapat mengiritasi.
b) Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke
mulut bayi.
c) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit
serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila
dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
d. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive
Duct)
Saluran
susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu
menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi
karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan
ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai
benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk
mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal
yang dianjurkan, antara lain:
1)
Sebaiknya ibu melakukan
perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis
dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis)
2) Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
3) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa
penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi
karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi
rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin,
yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap
puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan
bengkak pada payudara.
e. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang
menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi
pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu
tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka.
Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak
lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu
dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam
payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan
pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang
nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik
(demam). Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam
menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu
ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat
dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
f. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan
menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara
tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah
mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis),
tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini
perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang
cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase,
pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi
dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah
sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada
payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
g. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak
mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah
susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi
sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek
meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal
tersebut di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai
status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan
kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada
payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia
bayi. Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi
setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan
bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang
tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Masalah pada bayi dapat
berupa bayi sering
menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek (lingual
frenulum), bayi yang
memerlukan perawatan.
a.
Bayi
Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara
berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber
penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
b. Bayi Bingung Puting (Nipple
Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi
akibat pemberian susu formula dalam botol yang
berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu
berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan
kerja otot-otot pipi,
gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi
yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu,
besar lubang dan ketebalan karet dot.
c.
Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir
rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk
menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus
lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila
memungkinkan disusui.
d.
Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang
kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan
oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi. Untuk
mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
Oleh karena itu, menyusui dini
sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi
mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat
dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
e.
Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle
(langit-langit lunak) dan pallatum durum
(langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa
kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu
harus tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat
melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Anjuran menyusui pada keadaan
ini dengan cara:
f.
Bayi Kembar
Posisi yang
dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah
dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara
bersamaan, bayi menyusu
secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang
dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan
susuilah bayi yang ada
dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada
anggota keluarga atau
orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
g.
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan
indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral,
tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan
ASI. Menyusui bukan
kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah
timbulnya muntah, antara
lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering
kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
h.
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual
Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual
frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal
serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak
dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat
lidah bayi tidak
sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan
sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera
setelah bayi dapat
“menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi
kedua bibir bayi
dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
i.
Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan
memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu
tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu
dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI
perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jaringan payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai
ke 6 (Bergantung pada kostur). Pada awal
kehamilan, ukuran payudara dan pigmentasi Aerola meningakt Tuberkel Montgomery
membesar dan puting payudara menjadi tegak. Aliran darah ke payudara berlipat
dua sehingga pembuluh darah menjadi jelas, dan kulit mungkin tampak seperti
marmer tpaslusen.
Struktur buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau
jaringan lemak, cairan susu / kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35
jam pertama setelah melahirkan mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan
tubuh. Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
B. Saran
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal
yang sangat penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus
menjaga organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit
yang menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada
seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik,
sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra.
Evulanda,
Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi.
Jakarta : Salemba Medika.
Kristiyanasari,
W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari.
Yogyakarta : Nuha medika.
Marimbi,
H. 2010. Biologi Reproduksi.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Maryunani,
A. 2010. Biologi Reproduksi dalam
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Roesli,
U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Saryono.
2009. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta
: Mitra Cedika.
Verrals,
S. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan
dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.
Bebeclub. Masalah Umum Saat Menyusui. Dalam http://www.bebeclub.co.id/bayi/menyusui/masalah_umum_menyusui
diakses pada tanggal 19 Oktober
2013 pukul 12.20 WIB
Wikipedia. Payudara. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Payudara
diakses pada
tanggal 19 Oktober 2013, pukul 13.00 WIB
Terima kaish makalahnya mbak sangat bermanfaat sekali , btw kalau boleh nambahkan referensi coba buka situs http://www.tanyadok.com/penyakit/kanker-payudara-pria
BalasHapus